Jenuh Melaut, Nelayan Ini Melayani Pesanan Pembuatan Balai Bambu Lebar

Di deretan rumah gubuk di pinggir muara kali kecil di kawasan Pulau Seprapat Juwana (atas), seorang nelayan Yoso (60) jika jenuh melaut sibuk membuat balai bambu berukuran lebar untuk memenuhi pesanan (bawah).

SAMIN-NEWS.com, PATI – Sejak empat tahun terakhir ini, jika salah seorang nelayan kecil, warga Desa Growong Lor, Kecamatan Juwana, Yoso (60) menghadapi kejenuhan untuk melaut, sudah mempunyai kegiatan penggantinya. Yakni, membuat balai dari bambu berukuran lebar sesuai selera pemesannya.

Dengan demikian, jika sudah harus melaksanakan pekerjaan tersebut maka yang bersangkutan dari pagi sampai sore betah berdiam di rumah gubuknya yang didirikan di pinggir alur kali kecil di kawasan Pulau Seprapat. Selama ini, paling tidak sudah berpindah-pindah sampai tiga kali dari lokasi, di mana perahunya tengah ditanbatkan.

Pertama jauh sebelum kawasan Pulau Seprapat mengalami kemajuan dan keramaian seperti sekarang, di menempat pinggir kali kecil sekitar 500 meter selatan Pulau Seprapat. ”Karena di lokasi tersebut akses jalan keluar masuk perahu sudah tidak ada, mengingat pinggir kali digunakan tambat kapal besar, kami pindah di hulu jembatan sekitar 250 meter dari pulau tersebut,” ujarnya.

Di sekitar lokasi itu, lanjut dia, akses jalan keluar masuk perahunya juga tertutup lagi oleh banyaknya kapal besar yang tambat. Akhirnya, sekarang pindah lagi di utara lokasi kolam tambat kapal yang saat ini tengah dikerjakan, dan bahkan dia juga mendirikan rumah gubuk berukuran besar di pinggir alur kali, di mana tempat perahunya ditambatkan.

Akan tetapi, imbuh lelaki ayah tiga orang anak ini, untuk melayani pembuatan pesanan balai bambu berukuran besar karena lebar mencapai 120 cm dan panjang 180 cm, hal itu dilakukan di gubuknya di hulu jembatan selatan Pulau Seprapat. Sedangkan harga hasi jerih payah pembuatannya yang memakan waktu tiga hari per balai adalah Rp 300.000, di mana pemesan harus mengambil sendiri.

Karena iu, jika diitung secara orang bekerja per hari penghasilan membuat balai bambu ini sangat minim tapi karena banyak yang memesan, maka dengan senang hati dilayani. ”Dari hasil penjualan balai bambu tersebut, masih harus digunakan untuk membeli bahan bambu dan juga potongan kayu yang sudah tidak terpakai, dan itu kami manfaatkan sebagai gelagarnya,” imbuh Yoso.

Previous post Pekerja di Kolam Tambat Kapal; Dalam Sepuluh Hari Selesaikan 80 Meter Bigesting
Next post Diskon Seharusnya di Mal, Bukan Malah Nyasar di Pengadilan

Tinggalkan Balasan

Social profiles