MELIHAT rilisan hasil survei Charta Politika, nampaknya siapapun harus mulai sadar bahwa metode memasang baliho sebagai medium berkampanye memang sudah terlalu usang di masa seperti sekarang ini.
Sebab survei yang dilakukan Charta Politika justru menunjukkan hasil bahwa Ganjar Pranowo justru lebih tinggi elektabilitasnya jika dibandingkan dengan Puan Maharani.
Ganjar berada di urutan teratas tingkat elektabilitas sebesar 16,2 persen. Kemudian diikuti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 14,8 persen, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 14,6 persen.
Sementara elektabilitas nama-ama lainnya berada di bawah 10 persen. Seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 5,4 persen, Menteri Pariwisata Sandiaga Uno 4,6 persen, Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono 3,9 persen, dan mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok 3,3 persen.
Lantas bagaimana elektabilitas Puan Maharani yang belakangan begitu populer dengan kepak sayap kebhinekaannya?
Dalam hasil survei tersebut, Puan hanya berada diangka 0,7 persen saja. Sebuah angka yang cukup mengecewakan jika mengingat berapa dana yang sudah dibakar untuk memasang ribuan atau bahkan jutaan baliho kepak sayap kebhinekaan.
Meski begitu kita tentu tidak bisa memungkiri bagaimana baliho-baliho tersebut telah membuat nama Puan kian diperbincangkan.
Sebenarnya, tanpa membuat sensasi semacam ini pun Puan sudah cukup dikenal oleh masyarakat. Sebab bagaimana pun pula, dalam diri Puan memang mengalir darah biru politik Indonesia.
Akan tetapi, kehadiran baliho Puan tersebut tentu menjadi fenomena tersendiri yang akhirnya banyak diikuti oleh politikus lain atau bahkan ia kini berhasil menjadi tokoh politik yang begitu “Memeable”.
Yang tidak disadari Puan selama ini adalah, ketenaran tidak selalu membawa dampak baik bagi seseorang. Sebut saja ia kini kian dikenal dengan baliho-baliho tersebut, meski begitu ia tidak sadar bahwa untuk selain dikenal, ia juga perlu menjadi sosok orang yang dicintai.