SAMIN-NEWS.com, PATI – Sebenarnya pihak pengurus Yayasan Mangkudipuro Juwana, Kabupaten Pati minta perhatian kepada pihak yang berkompeten. Yakni, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati, atau kepada Bupati yang berkuasa sebelum Bupati Haryanto yang tak lain adalah Bupati Tasiman (alm).
Adapun permintaan tersebut tak lain adalah penataan linkungan kawasan makam yang berlokasi di pinggir jalan raya Juwana-Wedarijaksa, tepatnya di perbatasan antara Desa Growong Lor dengan Desa Dukutalit, Kecamatan Juwana. Dasar pertimbangannya tak lain, bahwa kompleks makam tersebut mempunyai latar belakang sejarah yang sudah sejak masa kolonial.
Sebab, pusat kekuasaan di juwana yang di bawah pemerintahan Mataram dan VOC papar Juru Kunci makam yang bersangkutan Raden Samudi, lahir pada abad 17 atau ada dan dimulai pada masa pemerintahan Tumenggung Setyodikromo, berikutnya dilanjutkan Surowikromo Sepuh,dan kedua makam tokoh itu ada di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso.
Berikutnya kekuasaan dipegang oleh Suro Hadi Wikromo sekitar abad 18 yang makamnya ada di Desa Pakuwon juga di kecamatan setempat. ”Setelah itu kekuasaan dipegang Mangkuprodjo yang makamnya ada di kompleks Makam Mahkdu, Kelurahan Parenggan, Kecamatan Pati,” papar Raden Samudi.
Masih di sekitar abad 18 atau tepatnya Tahun 1825, lanjut Raden Samudi, Juwana mulai diperintah Bupati Mangkudipuro I, dilanjutkan Mangkudipuro II dan Mangkudipuro III. Khusus makam penguasa yang disebut terakhir berbeda dengan makam Mangkudipuro I dan II yang berada di luar atau pelataran sisi kiri depan tempat makam Mangkudipuro III yang berada di dalam ruangan.
Bahkan, masih kata Raden Samudi, makam Bupati Juwana Mangkudipuro III ini selain bertutupkan kain kelambu juga ditutup dengan kaca di sekelilingnya. Akan tetapi, kacanya sudah hilang ketika bangunan makam tersebut belum terawat seperti sekarang, sehingga kondisinya cukup aman mengingat bila malam Jumat Wage dan Jumat Kliwon banyak pengunjung yang berziarah.
Berakhirnya masa pemerintahan Bupati Juwana Mangkudipuro IIII kemudian digantikan oleh Bupati Tjondroningrat. Pada masa pemerintahan bupati ini, maka dimulai pemberlakukan struktur tata pemerintahan, yaitu dengan menempatkan seorang Wedana atau yang belakangan dikenal dengan sebutan Pembantu Bupati yang beberapa tahun lalu sudah dihapus, yaitu Pembantu Bupati Pati, Juwana, Tayu, Jakenan, dan Pembantu Bupati Kayen.
Terlepas dari hal tersebut, sebagai pengurus yayasan yang mengelola makam Bupati juwana yang tak lain adalah para leluhurnya ini sekarang sudah merasa lega, karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati sudah mulai menaruh perhatian dengan membangun gerbang masuk kompleks makam. ”Arsitek gerbangnya memang campur aduk, ada yang menampilkan unsur Belanda, Mataram, Cirebon dan juga lamongan, tapi juga dilengkapi dengan pagar, ”imbuhnya.