Puluhan Hektare Tanaman Jagung di Sukolilo Tergenang Banjir

Tanaman jagung musim kemarau di areal persawahan ”banarawa” (bekas rawa) di pinggir alur Kali Juwana (II) atau Kali Tus, antara Desa Gadudero dan Kasiyan, Kecamatan Sukolilo, kini tergenang banjir.(Foto:SN/aed)

SAMIN-NEWS.com, PATI – Seperti berjudi dengan nasib, itulah yang selama ini dialami oleh para petani pemilik lahan pertanian ”banarawa” (bekas rawa) di Desa Gadudero dan Kasiyan, Kecamatan Sukolilo. Di tengah kondisi yang seharusnya puncak kemarau, puluhan hektate tanaman jagung musim kemarau miliknya saat ini justru tergenang air, sehingga jika tidak segera surut maka tanaman itu dipastikan akan mati.

Padahal, papar beberapa petani, jika paling tidak hingga pertengahan atau akhir bulan depan (Oktober) mendatang, pasti masih bisa memanen tanaman jagung hasil jerih payahnya. Bahkan, kondisi itu benar-benar dua kali musim lahan pertaniannya tidak menghasilkan apa-apa, karena saat musim penghujan areal bekas rawa ini juga tergenang air.

Dengan demikian, mereka tidak mempunyai kesempatan menanam padi sehingga harus menunggu saat menjelang musim kemarau, dan areal persawahan itu mulai kering baru bisa ditanami palawija. ”Kebanyakan adalah tanaman jagung, tapi ada juga yang kadang-kadang menanam semangka,”ujar salah sorang di antara mereka, Surat (47), asal Gadudero.

Akan tetapi, lanjut dia, saat tanaman jagung baru berbuah muda (klobot), justru beberapa malam ini selalu diguyur hujan deras, sehingga sepanjang pinggir alur Kali Tus tidak semua air dari hulu pegunungan kendeng bisa masuk atau tertampung di alur kali tersebut. Biasanya, pada pertengahan atau awal Oktober hujan deras belum turun, sehingga jika kadang-kadang turun hujan juga tidak terlalu deras sehingga untuk tanaman jagung justru seperti disiram.

Sedangkan yang terjadi beberapa malam ini, hujan deras selalu turun dan airnya tak bisa tertampung masuk alur kali, dan bahkan sampai limpas menggenang. Jika tidak segera surut dalam beberapa hari terakhir ini, maka tanaman jagung akhirnya layu kemudian mati setelah seluruh daunnya menguning, dan kering.

Jika bisa panen saat, harga jualnya dengan sistem tebasan biasanya masih cukup lumayan, dan lebih-lebih jika dipanen sendiri dan dijual pipilan. ”Untuk jagung kering pipil, sekarang harga perkilogramnya dari kabar yang beredar sudah mencapai hampir Rp 5.000 per kilogram,”imbuhnya.

Previous post Muncul Tantangan dari Para Pemilik Usaha Prostitusi di Kampung Baru
Next post Tiang dan Kuda-kuda Los Pasar Kayen Terpasang

Tinggalkan Balasan

Social profiles