SAMIN-NEWS.com, PATI – Melimpahnya telur ras di pasaran Kabupaten Pati menyebabkan harganya kian menurun secara signifikan. Merosotnya harga itu lantaran banyaknya barang atau over produksi disebabkan kebutuhan pasar dengan supplai menjadi tidak seimbang.
Kasi Distribusi dan Informasi pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin), Suwardi mengatakan overproduksi telur datang dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur, lalu di Pati juga sama demikian. Di samping itu, telur ini hanya mampu dialirkan ke daerah Jawa Tengah, namun tidak bisa di pasarkan ke kota besar seperti Jakarta.
“Produksi disana mengalami overproduksi dan tidak bisa dipasarkan ke Jakarta maupun di luar daerah. Sehingga (hanya) Jawa Tengah khususnya ini yang mempengaruh harga telur ras rendah,” ungkap Suwardi.
Penurunan harga telur ras, kata Suwardi sudah terjadi semenjak pertengahan tahun 2021. Mulai dari bulan Maret hingga sekarang secara berangsur-angsur terus mengalami merosot.
Ia menjelaskan pada bulan April harga telur sebesar Rp 24 ribu perkilo, pada Mei menjadi Rp 23 ribu. Akan tetapi pada bulan Juni harga telur sempat mengalami kenaikan sebesar 24 ribu. Kenaikan ini ditengarai lantaran ada peningkatan aktivitas di bulan-bulan ini berkaitan dengan sedekah bumi.
“Pada bulan tersebut ada bulan akitan di Jawa, sedekah bumi di desa di Kabupaten Pati sehingga kebutuhan masyarakat meningkat,” bebernya.
Kendati demikian, selepas bulan tersebut kemudian secara berangsur kembali anjlok. Pada Juni telur ras kembali turun menjadi Rp 23 ribu, sedangkan Agustus hingga awal September ini turun Rp 21 ribu per kilogram, bahkan sekarang ini menyentuh angka Rp 19 ribu.
“Untuk presentasi penurunan dari harga normal untuk harga pasar rata-rata per minggunya mengalami penurunan 1000 rupiah. Sedangkan pada harga di peternak hanya sebesar kisaran 16 ribu hingga 17 ribu per kilonya,” kata Suwardi.
Lebih lanjut, terlepas adanya overproduksi dari Blitar, Jawa Timur yang menyebabkan supplai tak seimbang, dalam pandangannya penurunan harga telur ras dipengaruhi juga imbas penerapan PPKM Jawa-Bali. Oleh karena itu, ia akan terus mengupayakan sedemikian rupa, sehingga harga telur kembali normal.
“Sesuai dengan tupoksinya kami di Dinas Perdangan kami bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan perkembangan di harga, baik di pasaran maupun di tingkat petani,” Tutup Suwardi.