SAMIN-NEWS.com, PATI – Selama ini para pelaku ritual religi banyak yang tertarik untuk melakukan hal-hal tersebut ke Goa Dalem yang ada di tengah-tengah perbukitan Patiayam. Konon di kawasan sekitar goa tersebut disebut-sebut ada keramaian pasar yang dikenal dengan Pasar ”Gremeng” karena banyak suara yang memang seperti dalam pasar yang para pedagang dan pembelinya seperti tengah melakukan transaksi.
Jika para pelaku ritual tersebut sudah mendengar suara itu, menandakan bahwa yang bersangkutan menghadapi ”penyesatan” jalan menuju ke lokasi goa. Hal itu bisa saja terjadi, lebih-lebih oleh orang yang tidak mempercayai akan kondisi Patiayam seperti itu, karena selama ini memang banyak jalan yang biasa dilewati warga jika melakukan kegiatan areal yang sudah berpetak-petak menjadi lahan garapan.
Kebanyakan lahan di kawasan perbukitan ini adalah milik Perhutani, tapi warga kebanyakan sebagai pesanggep (penggarap) dengan berkewajiban menjaga tegakan pohon jati yang ditanam. Karena itu jika musim kemarau, kondisi kawasan perbukitan itu tampak dari kejauahn seperti gundul dan kering kerontang.
Akan tetapi, bila musim sebaliknya atau penghujan kawasan perbukitan yang masih dikenal angker tersebut berubah menjadi kembali rimbun misterius, karena keberadaan Goa Dalem dan Pasar ”Gremeng” itu. Di sisi lain cerita-cerita mistis yang masih beredar dan diyakini hingga sekarang, bahwa beberapa tokoh Kadipaten Pati seperti Raden Danang juga ”menghilang”/muksha setelah bertapa di goa tersebut pada masa itu.
Untuk cerita lain, konon ketika masa Panembahan Senopati atau Sutowijoyo menjadi penguasa Mataram saat bertemu dengan Baron Skeber yang hendak menguasai tanah Jawa saat harus adu kesaktian, atas kekalahannya Baron Skeber harus berjalan ke utara sampai akhirnya juga memilih berhenti di Patiayam. Di tempat yang konon sangar dengan bangsanya lelembut itu, Baron Skeber bertempat tinggal sambil menunggu kesempatan untuk adu kesaktian kembali dengan Panembahan Senopati.
Ternyata berdiam di kawasan perbuklitan Patiayam ini, Baron Skeber harus berkonflik dengan Adipati Pati Pragola I yang lebih dikenal dengan Adipati Wasis Joyokusumo. Sehingga perseteruan antara keduanya pun tak bisa dielakkan, sampai akhirnya Skeber harus menjadi taklukannya dan mendapat tugas sebagai juru taman yang akhirnya dikirim ke Mataram sebagai juru taman di hutan Krapyak.
Terlepas dari hal tersebut, ungkap salah seorang perangkat Desa Sukobubuk, Kecamatan Margorejo, Pati, Ahmad. selama menjadi perangkat desa yang sudah kurang lebih sepuluh tahun sering sebagai pemandu/penunjuk jalan jika ada kegiatan yang berkait dengan desanya. Di antaranya, memandu tim survei jalan tembus, dan juga tim survei dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana yang hendak mebangun fasilitas tangkapan air yang bisa dimanfaatkan warga setempat.
Selain itu juga senang berolahraga motor bersama teman-temanya yang sering melakukan terabas di kawasan hutan Patiayam menunjukkan arah ke mana setelah berada di pertigaan lokasi sekitar satu setengah atau dua kilometer dari desa. Jika hendak ke goa, yang bersangkutan harus belok kanan dan jika hal itu ditempuh lurus ke selatan bisa sampai di Terban atau ke jalan raya Pati-Kudus.
Sebaliknya, jika hendak menuju ke Kaliampo, maka siapa saja yang melintas dari pertigaan itu belok kiri (ke timur) kemudian ke utara melintas di bawah perbukitan, dan berikutnya menyusur ke timur laut, baru berbelok ke selatan atau tenggara ke arah Kaliampo, dan jika sudah melintasi kawasan tersebut hendaknya juga tetap hati-hati serta waspada.
Sebab, di tempat-tempat yang dilewati itu jika kebetulan selesai turun hujan juga sangat sulit dilewati, dan di sisi lain juga banyak alternatif jalan ”celeng” yang jika tidak paham di dalamnya, maka terjadinya ”penyesatan” jalan tak bisa dihindari. ”Akan tetapi, cerita yang berkembang hal itu terjadi karena para makhluk halus penghuni kawasan Patiayam yang menjadi penyebab tersesatnya warga yang melintas di kawasan tersebut,”imbuhnya.