Menggagas Munculnya Gerakan Seniman Masuk Desa

Contoh hasil karya nyata anak-anak SD di Pati bisa memainkan seni pertunjukan ketoprak dari upaya dan program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS).(Foto:SN/dok-wan)

SAMIN-NEWS.com, GERAKAN Seniman Masuk Sekolah (GSMS) di Pati ini Sebenarnya sudah muncul sejak Tahun 2017, atau sudah empat tahun berjalan hingga sekarang. Karena itu, hasil nyata yang bisa dilihat dari gerakan tersebut minimal anak-anak dari sekolah dasar (SD) maupun SMP yang menjadi sasaran program tersebut sudah mengenal apa itu gamelan, serta bagaimana cara memainkannya, serta anak-anak yang lain bisa memainkan seni pertunjukan, utamanya ketoprak serta beberapa seni lainnya.

Hal tersebut tentu menjadi tantangan pihak yang berkompeten lainnya, untuk segera menggagas munculnya Gerakan Seniman Masuk Desa (GSMD) menyusul setelah cukup lama juga ada TNI Manunggal Masuk Desa. Padahal banyak yang bisa disasar jika GSMD menjadi program, sehingga tidak hanya mengarah pada unsur seni pertunjukan semata, tapi juga ada unsur  seni lainnya seperti seni kriya.

Bahkan untuk unsur seni yang disebut terakhir, hasilnya bisa disandingkan dengan desa-desa yang mempunyai atau menggarap objek wisata, karena hasil dari sentuhan seniman pasti akan mampu mengangkat penjualan, utamanya dari unsur barang-barang cenderamata. Sedangkan, unsur seni pertunjukannya juga bisa menjadi sajian saat menyambut kedatangan rombongan pengunjung, sehingga hal itu benar-benar program kreatif.

Jika mengelola objek wisata hanya menggantungkan keindahan alam buatan, pengunjung sekali datang karena merasa sudah pernah melihat, tentu enggan berkunjung berikutnya. Karena itu, harus ada keberanian untuk memunculkan objek yang bisa menarik pengunjung, misalnya, anak-anak desa atau remaja karangtaruna yang bisa menabuh gamelan, bermain ketoprak atau berolah seni lainnya, karena kecenderungan orang akan tertarik untuk menikmati sesuatu yang jarang bisa dilihat setiap saat.

Di sisi lain, jika GSMD bisa menggarap warga desa dari kelompok anak-anak hingga remaja memainkan kesenian, tentu desa yang bersangkutan akan mampu membentuk benteng budaya sebagai warisan leluhur. Apalagi, desa sekarang jika menyangkut soal anggaran bukan lagi menjadi permasalahan klasik seperti era-era tahun sebelumnya, tapi jika salah dalam perencanaan programnya juga hanya memunculkan hal-hal yang tak bermanfaat untuk rakyatnya.

Dengan demikian, jika GSMD coba digalang agar bisa sampai ke desa-desa maka akan ada nilai tambah yang dinikmati, atau minimal anak-anak maupun remaja desa bisa diajak untuk kreatif dengan sentuhan berkesenian. Jika, mempunyai dalang cilik atau dalang remaja paling tidak bila ada acara budaya, seperti sedekah bumi dan yang lain yang bersangkutan tentu bisa ditampilkan yang tentunya masih juga banyak pilihan tampilan lainnya.

Berdasarkan gagasan munculnya GSMD, pihak desa tentu tidak akan mengalami banyak kesulitan melaksanakan, mengingat banyak sumber dana untuk menggarap program tersebut. Sehingga dalam merancang program pembangunan di desa itu sejak dahulu hingga sekarang hanya mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan sasaran fisik, tanpa pernah berani memprogramkan hal-hal yang menyentuh seni budaya.

Pertanyaannya, adakah desa yang berani memulainya??

Previous post Musim Pancaroba, BPBD Pati Waspadai Terjadinya Angin Kencang
Next post Saudi Izinkan Pelaksanaan Umrah Asal Indonesia, Bulan Depan Diharap Bisa Berangkat

Tinggalkan Balasan

Social profiles