Dagelan dalam Seni Pertunjukan Ketoprak Tetap Dibutuhkan

Dua komedian cilik yang tampil dalam seni pertunjukan ketoprak dari GSMS SDN 03 Sukoharjo, Kecamatan Wedarijaksa.(Foto:SN/aed)

SAMIN-NEWS.com, PARA komedian atau sebutan untuk pelawak yang berangkat terkenal dari kesenian tradisional, keberadaannya di dunia hiburan seperti kelompok Srimulat tentu pasang surut. Akan tetapi puncak ketenarannya ditopang dengan munculnya banyak stasiun televisi, rata-rata mereka berproses dalam sebuah kelompok, termasuk di antaranya dari kelompok kesenian ketoprak, ludruk maupun barongan.

Untuk komedian seni ketoprak di Pati, bisa dilihat sering muncul dari panggung ke panggung adalah pelawak Konyik dengan patnernya Konyil, dan ada pula Bos ketoprak seperti Mogol dan Thukul. Sedangkan almarhum pelawak yang cukup dikenal pada masa, masyarakat Pati tentu masih ingat nama-nama seperti Kecik, Bodong, Glinding, Markum dan juga ada pula Singkek.

Dengan demikian, hadirnya para komedian yang tidak ada sekolahnya tapi lebih berdasarkan pada bakat alami tapi bisa dipelajari untuk membesut keculuan-kelucuan yang humoris, tetap dituntut dalam seni pertunjukan ketoprak. Sebab, pelawak atau dagelan dalam kesenian tersebut mempunyai fungsi untuk memberi kesempatan beristirahat para pemain yang harus membawakan peran dalam cerita yang dimainkan.

Karena itu, dalam program pembelajaran Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) rata-rata yang menampilkan seni pertunjukan ketoprak hampir kebanyakan menempatkan adegan dagelan. Akan tetapi mengingat anak-anak kemampuannya dalam berimprovisasi sangat terbatas, maka unsur-unsur kelucuan yang dibawakan masih dari hafalan naskah, tapi ada salah satu yang berani menampilkan hal itu dengan gagasan sendiri.

Dagelan juga sebagai penyambung adegan berikutnya dalam pertunjukan ketoprak sebagaimana ditampilkan oleh GSMS SDN 03 Sukoharjo, Kecamatan Wedarijaksa ini.(Foto:SN/aed)

Jika anak-anak tersebut ada yang membimbing dan memberi arahan, paling tidak ada harapan menjadi seorang komedian sebagai modal untuk menjadi tenar setelah dewasa nanti, meskipun sebagai komedian di panggung ketoprak. Sebab, memang itu yang mendasari awal tampilnya mereka sehingga dalam dialog antara lawan main kemampuan itu sudah dimiliki.

Demikian pula dalam hal berjoget, mereka juga mempunyai ciri khas tersendiri tapi dalam berproses tetap harus diarahkan oleh orang yang membimbingnya, agar setelah dikenal nanti tidak berakhir dengan tenggelamnya mereka dari seni pertunjukan. Sebab, Pati juga pernah mempunyai dagelan cilik yang berpasangan dengan dagelan orang dewasa, Ari-Indra, tapi setelah berhasil ”mengerek” namanya sekarang tidak lagi kedengaran, dan barang kali sudah beralih profesi.

Bibit-bibit lain untuk menyajikan seni pertunjukan ketoprak, mulai dari pemain dagelan, emban untuk adegan di tamansari sampai penabuh gamelannya sudah dimiliki oleh anak-anak di Desa Sukoharjo yang duduk di bangku SDN 03.(Foto:SN/aed)

Terlepas dari hal tersebut, untuk saat ini paling tidak di Kabupaten Pati dari hasil pembelajaran GSMS sudah banyak anak-anak yang ikut menjadi bagian untuk menjaga dan melestarikan seni-budaya leluhurnya. Satu di antaranya adalah anak yang saat ini masih duduk di bangku SDN 03 melalui pembelajaran program GSMS yang masih tetap dibutuhkan untuk melaksanakan program-program berikutnya.

Di hari penampilan ke-9, Jumat (5/November) 2021 kemarin selain GSMS SDN 03 Sukoharjo, Kecamatan Wedarijaksa yang membesut cerita ”Brubuh Kediri,” selebihnya ada pula tampilan yang sama dari SDN Pagendisan, Kecamatan Winong menampilkan lakon ”Ajisaka Ngratu.” Disusul SDN 03 Kuniran, Kecamatan Batangan lakon ”Pagodan,” kemudian SDN 05 Trangkil menampilkan barongan dengan cerita ”Gembong Amijoyo,” dan SDN 01 Dukutalit menampilkan ketoprak cerita ”Catur Tunggal Bumi Pati.”

Untuk hari ini, Sabtu (6/November) tampilan ke-10 dari GSMS SDN 01 Mangunrekso, Kecamatan Tambakromo menyajikan pertunjukan wayang kulit dengan cerita ”Sesaji Raja Surya,” dilanjutkan ketoprak SDN 03 Sukolilo membesut lakon ”Kamandoko Adu Jago,” dan GSMS SDN 02 Prawoto, Kecamatan Sukolilo lakon ”Dumadine Candi Sewu.” Tampilan berikutnya sendrati dari SDN 02 Tamansari, Kecamatan Tlogowungu dengan cerita ”Roro Jonggrang,” dan ketoprak dari SMPN 2 Sukolilo mengambil cerita ”Ken Arok Ngratu”.

Previous post E-Koran Samin News Edisi 05 November 2021
Next post Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Blado Mulai Pelaksanaan Pekerjaan Sayap Hilir

Tinggalkan Balasan

Social profiles