SAMIN-NEWS.com, PATI – Barangkali banyak yang bertanya, lalu-lalangnya kendaraan penyedot WC itu membuangnya ke mana? Jawabnya tegas, ke tempat Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di kawasan lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo yang dikelola pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Pati.
Mobil penyedot WC baik dari lingkungan rumah tangga maupun tempat-tempat lain, seperti tempat kost jumlahnya terbatas, maka yang membuang limbah tersebut tiap hari juga terbatas, tapi ada di antaranya yang berasal dari Kudus. Sedangkan UPT Pati sendiri, hanya mempunyai atau mengoperasikan kendaraan tersebut sebanyak dua unit.
Hal itu dibenarkan penanggung jawab pengelolaan IPLT dari UPT Pati, Wiryo, sehingga tiap hari kadang-kadang hanya masuk tiga unit, dan maksimal lima unit. ”Akan tetapi, kadang-kadang juga sama sekali tidak ada, dan semua yang dibuang mobil tanki penyedot WC itu diolah di tempat ini melalui beberapa proses tahapan di bak-bak yang tersedia,”ujarnya.
Dengan demikian, lanjutnya, pupuk dari hasil pengolahan limbah tersebut volumenya tidak pasti tergantung dari banyak sedikitnya mobil tanki penyedot WC yang masuk. Lagipula, pupuk yang dihasilkan penggunaannya pun masih dalam lingkup terbatas, terutama bagi yang mempercayai kemampuan pupuk organik dalam menyuburkan tanah.
Karena itu, biasanya yang memakai untuk kepentingan pemupukan terbatas sehingga jika memungkinkan pemanfaatannya secara maksimal dan bisa dipasarkan, tentu kelengkapan hasil uji lab-nya juga harus ada, termasuk perizinan lainnya. Mengingat pupuk ini dari hasil IPLT yang bersumber dari pengurasan WC, maka bisa dipastikan jika dilakukan uji lab kandungan Fospor (P) cukup tinggi.
Mengingat hal tersebut, upaya lain yang harus dilakukan adalah menambahnya dengan unsur Netrogen (N), sehingga berapa perbandingannya antara P dan N serta unsur lainnya, tentu membutuhkan uji lab. ”Kendati sudah dikemas dalam karung plastik, tapi pupuk hasil pengolahan limbah ini belum bernama, karena yang memakai/menggunakan masih terbatas kalangan sendiri,”imbuhnya.