Kepala DLH Kabupaten Pati; Berupaya Lubang Sampah TPA Mampu Bertahan Lebih dari Sepuluh Tahun

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pati, Mukhamad Tulus Budiarto (bertopi) didampingi Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan DPUTR setempat H Noor Azid yang nanti akan melebur menjadi bagian DLH (atas), saat cek menggunungnya sampah di TPA Sukoharjo, Kecamatan Margorejo.(Foto:SN/aed)

SAMIN-NEWS.com, PATI – Secera resmi per Januari 2022 nanti Bidang Kebersihan, Pertamanan DPUTR Kabupaten Pati akan menjadi Bidang Kebersihan, Persampahan dan Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat. Karena itu, Kepala DLH yang bersangkutan, Mukhamad Tulus Budiarto bersama Kabid Kebersihan dan Pertemanan DPUTR setempat, H Noor Azid mengecek langsung kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, di Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo.

Hal tersebut harus dilakukan, mengingat dalam tugas baru nanti bidang itu menjadi Kebersihan, Persampahan, dan Pertaman DLH, sehingga permasalahan sampah yang dinilai masih krusial lambat laun harus bisa diurai. Adapun yang kali pertama harus dilakukan, adalah bagaimana upaya mengoptimalkan fungsi dua lubang TPA yang menggunakan sistem atau model ”Sanitary Landfill”, sesuai perencanaan awal.

Dengan penggunaan sistem tersebut, papar Kepala DLH Kabupaten Pati, Mukhamad Tulus Budiarto, sesuai dokumen perencanaan semula, dua lubang di TPA itu harus mampu menampung buangan sampah selama sepuluh tahun. Akan tetapi dari rentang waktu yang baru berjalan empat tahun, Oktober 2017 – 2021 untuk satu lubang yang sisi selatan sudah penuh, dan bahkan sampah sudah didorong masuk ke lubang sisi utara.

Karena itu, hal tersebut harus dilakukan upaya lain agar satu lubang yang sisi utara tetap bisa diupayakan kosong, sehingga yang dioptimalkan adalah lubang sisi seletan. ”Dengan demikian, harus dilakukan rekayasa, di mana untuk sementara timbunan sampah yang ada didorong ke selatan memanfaatkan sedikit lahan yang ada,”ujarnya.

Beroperasinya alat berat ekskavator diharuskan untuk mendorong timbunan sampah ke sisi selatan lubang (atas) dan pintu masuk ke lubang TPA yang di sisi utara untuk ditutup, agar tidak ada kendaraan pengangkut yang membuang sampah di lubang tersebut.(Foto:SN/aed)

Selain itu, lanjutnya, untuk mengurangi terus bertambahnya buangan sampah dari kota ke TPA Sukoharjo, perlu dicari jalan pemecahan pula. Yakni, harus mulai dilakukan pemilahan-pemilihan sampah sejak masih di tempat pembuangan sementara (TPS), sehingga sejak awal sampah yang ke TPA benar-benar sudah terseleksi mana yang sampah organik dan yang nonorganik.

Jika hal tersebut nanti bisa dilaksanakan oleh Seksi Persampahan maka penambahan banyak TPS harus dilakukan, sehinga dari tempat tersebut harus ada banyak tenaga pemilah. ”Dengan demikian, para pemulung yang selama ini berada di TPA tetap untuk memungut sampah nonorganik yang tidak terpilah di TPS,”imbuhnya.

Dalam kesempatan sama, H Noor Azid menegaskan, upaya untuk memaksimalkan lubang sampah sisi selatan, salah satu yang harus dilakukan adalah mendorong gunungan sampah tersebut ke selatan. Kemudian timbunan sampah itu ditumpuk dan dipadatka, agar bisa mencapai ketinggian maksimal sampai 8 meter, sehingga nanti benar-benar bisa memperpanjang waktu pemakaiannya.

Masalah tersebut, tentu tidak sulit karena setiap lapis sampah yang ditinggikan dan dipadatkan langsung ditutup lapisan tanah dari bank tanah yang tersedia. ”Selebihnya agar lubang sisi utara tidak menjadi tempat pembuangan sampah baru, maka pintu masuknya memang harus ditutup atau dipalang agar kendaraan pengangkut tidak bisa masuk ke lokasi tersebut,”tandasnya.

Previous post Perbaikan Tanggul di Margorejo Gunakan Penguat Bawah dari Batang Bambu
Next post Respons Pemulung TPA Sukoharjo ; Sulit Tenaga Pemilah Sampah di TPS

Tinggalkan Balasan

Social profiles