SAMIN-NEWS.com, SEJARAH keberadaan Sanggar Bakti Gerakan Pramuka Kwartir Ranting (Kwaran) Juwana, perlu dicatat oleh semua anggota Pramuka di wilayah Kwaran ini. Tujuannya tak lain, agar asal-usul fasiltas yang juga sempat tak terawat beberapa tahun lalu, agar diketahui oleh semua pihak, untuk menghindari kesalahpahaman dan saling tidak percaya antara satu dan lainnya.
Jika ada salah satu tokoh Pramuka di Juwana yang perlu dicatat pula sebagai penggagas berdirinya sanggar bakti tersebut, tidak lain adalah (almarhum) Kak Nasir Hendro Winarno yang dikenal sebagai Nasir HW. Melalui usaha almarhum yang harus menjadi pelatih tari tayub kepada warga Koro, di Kecamatan Pucakwangi, akhirnya memperoleh imbalan bangunan joglo dari bahan kayu jati yang diusung ke Juwana untuk sanggar bakti.
Bersama para tokoh lainnya yang kebanyakan sudah almarhum, papar Ka Kwaran Juwana periode sekarang, Sutar, seperti Kak Suparman dari Satuan Karya (Saka) Bahari, dan juga Kak Moh Soleh, mantan Kepala Desa Kebonsawahan, akhirnya sanggar bakti tersebut berhasil didirikan di pinggir Jl Sunan Ngerang. Tepatnya, masuk Desa Kebonsawahan, bersebelahan dengan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Juwana.
Sedangkan salah satu tokoh lainnya yang juga ikut mempunyai andil besar berdirinya, fasilitas sanggar bakti tersebut tak lain, adalah Kak Mustar yang selama beberapa periode dipercaya sebagai Ka Kwaran Juwana. ”Tepatnya, yakni sejak Tahun 2001 s/d 2016 yang juga kami minta hadir untuk memberikan penjelasan kepada media,”ujar Sutar seraya menunjuk Ka Mustar yang duduk di sebelah kanan yang bersangkutan.
Karena itu, lanjut Sutar, kondisi sanggar bakti yang satu-satunya dimiliki Kwaran Juwana mengingat Kwaran lain hingga sekarang belum ada yang punya, sudah pasti kondisi pasang surut tak bisa dihindari. Bahkan atap gentingnya saja, pernah mengalami kerusakan cukup parah ketrika Ka Kwarcab Pati dipimpin Kak Hj Kartina Sukawati, sehingga Kak Mustar selaku Ka Kwaran kala itu berupaya keras untuk mendapat bantuan meterial tersebut.
Kendati bantuan diberikan, tapi ketika atap genteng tersebut dipasang ternyata tidak mencukupi, sehingga harus mencari lagi untuk menutup kekurangannya. Begitu urusan itu bisa diselesaikan, justru kembali muncul permasalahan baru, yaitu rusaknya jembatan di depan sanggar bakti yang merupakan saluran air di sepanjang pinggir Jl Sunan Ngerang.
Dengan demikian, begitu permasalahan yang satu ini bisa diatas ternyata deretan permasalahan lain juga tak bisa dihindari. Yang lebih memprihatinkan, sanggar bakti yang akhirnya jarang dimanfaatkan untuk kegiatan kepramukaan menjadi tempat sasaran perebutan tak senonoh. dan tidak cukup dengan itu karena sanggar ini untuk berjudi juga tak bisa dihindari.
Sedangkan yang tak kalah memprihatinkan, lingkungan sanggar juga menjadi sasaran untuk membuang air oleh orang-orang yang berada di lingkungan Pasar Porda Juwana, karena untuk membuang air secara sembarangan. ”Karena itu, jika sekarang sudah kembali tertata tetap membutuhkan uluran tangan dari pemerintah kabupaten atau pihak Kwarcab, untuk terus menatanya secara maksimal,”harap Kak Sutar.