Mengapa Disebut Bleber?

SAMIN-NEWS.com, DI balik peristiwa bertabrakannya truk tanki pengangkut air dengan mobil ambulans pembawa jenazah, sehingga menyebabkan satu orang yang ada dalam kendaraan tersebut meninggal seketika di tempat kejadian. Sedangkan dua lainnya, hingga berita ini ditulis, keduanya masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD RAA Soewondo Pati.

Orang Pati menyebutnya, tempat atau lokasi terjadinya kecelakaan adalah di sebuah perempatan yang selama ini terdapat fasilitas pengaman, yaitu lampu pengatur lalu lintas. Namanya perempatan ”Bleber” atau lokasi tepatnya antara ruas jalan yang sisi selatan adalah Jl Dr Wahidin dan yang di sisi utara Jl Dr Susanto, di mana keduanya masuk Kampung Kaborongan, Kelurahan Pati Lor, Kecamatan Pati.

Semantara itu untuk sisi timur ruas Jl Dr Wahidin adalah Kampung Mertokusuman, Kelurahan Pati Wetan, dan yang di sisi timur Jl Dr Susanto (utara) perempatan masuk wilayah Kelurahan Parenggan yang semunya di Kecamatan Pati. Berikutnya memanjang dari barat ke timur yang mempertemuakan titik tiga ruas jalan tersebut adalah Jl P Diponegoro Pati.

Karena itu, untuk membedakan nama atau sebutan Bleber Pati untuk perempatan tersebut dengan Bleber yang di wilayah, Kecamatan Cluwak, perlu diperjelas asal-usul nama Bleber Pati. Untuk membuka latar belakang cerita tentang Bleber itu sendiri berdasarkan cerita tutur, dan bukti peninggalan di sekitar era Tahun 1970-an adalah tumpukan batu bata untuk makam kuna.

Lokasinya ada di sisi barat Jl Dr Wahidin dan sisi selatan Jl P Diponegoro, sehingga tepatnya di sisi barat perempatan, serta berada di lahan milik seorang warga. Karena Jl P Diponegoro kala itu harus diperlebar berkait dengan dibangunnya jembatan baru di tengah alur Kalidoro untuk menuju Juwana, Rembang hingga Surabaya, maka kuburan kuna itu tidak ada yang mengetahui secara pasti di mana tempat pemindahannya.

Padahal, makam kuna dimaksud tak lain adalah makam putra kembar seorang kerandah Adipati Pati, Wasis Joyokusumo, yaitu Roro Suli, Putri Ki Ageng dan Nyi Ageng Kemiri. Akan tetapi dalam cerita tersebut dituturkan, bahwa dari percintaan Roro Suli dengan orang manca negara (Spanyol) Baron Skeber, lahirlah putra kembar laki-laki Janurwendo dan Sirwindo.

Dalam konflik internal tatkala Roro Suli disingkar di rumah Adipati Pati Wasis Joyokusumo, ternyata bertemu kembali dengan Baron Skeber sebagai orang taklukan Adipati karena kalah dalam adu kesaktian. Ketika pertemuan Ibu dengan ayah dan dua anaknya terjadi, hal tersebut diketahui Adipati Wasis Joyokusumo yang menganggap Baron Skeber sudah tidak lagi menundukkan kepatuhannya sebagai orang taklukan.

Dengan demikian, amarah Adipati Wasis pun tak terkendali, sehingga bocah kembar melihat kondisi itu keduanya ketakutan dan memutuskan untuk lari meninggalkan kadipaten. Sehingga Adipati memerintahkan para prajurit untuk mengejar dan mengajaknya kembali, tati Janur Wendo sudah keburu lari kencang ke utara, tapi terhalang sebuah kali kecil.

Saat itu pertimbangan bocah tersebut, adalah jangan sampai ditangkap para prajurit sehingga dalam lari kencang itu disertai lompatan. Kuatnya lompatan tersebut, maka yang terdengar hanya suara seperti bertiupnya angin kencang ”blebee….eer,” sehingga nama tempat jatuh dan meninggalnya bocah tersebut sampai sekarang dikenal dengan sebutan ”bleber.”

Sedangkan bocah laki-laki kembaran Janur Wendo yang tak lain adalah Sirwendo, kala itu disebut-sebut lari ke barat yang akhirnya juga terhalang alur kali yang melintang utara ke selatan. Takut tertangkap oleh para prajurit, maka pilihan akhir adalah berupaya untuk melompati alur kali tersebut tapi tidak sampai, dan bahkan ”kejeglong,” dan meninggal, sehingga sampai sekarang orang menyebutnya alur kali itu sebagai Kali Jiglong.

Previous post Ambulan Pembawa Jenazah Tabrakan di Perempatan Bleber Pati
Next post Perlu Dipahami; Ada Kendaraan yang Harus Didahulukan Saat Melintas di Jalan Raya

Tinggalkan Balasan

Social profiles