Penabuh Gamelan Anak-anak di Pati Saat Ini Sudah Ada yang Bisa Mengiringi Pagelaran Wayang Kulit

SAMIN-NEWS.com, DIAKUI atau tidak bahwa dampak positif upaya pemerintah memberlakukan Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) Tahun 2021, ternyata mampu memotivasi anak-anak untuk lebih inten belajar memainkan kesenian tradisional (Jawa). Utamanya, adalah seni pertunjukan ketoprak, dan juga wayang kulit, sehingga dipastikan kesenian tradional tersebut tidak akan punah dalam rentang kurun waktu mendatang.

Semangat tersebut bisa dilihat, apa yang pasca kiprah GSMS di SD Panggungroyom, ternyata semangat itu masih berlanjut hingga sekarang, bahkan anak-anak yang waktu itu kebagian tugas sebagai penabuh gamelan, tidak hanya terpaku untuk mengiringi pertunjukan ketoprak. Akan tetapi, mereka masuk ke dalam ranah upaya menabuh gamelan yang tentu sedikit lebih sulit, yaitu menabuh gamelan untuk mengiri seni pagelaran wayang kulit.

Bukti jerih payah anak-anak penabuh gamelan atau yang lazim juga disebut pengrawit, hasil kerjakeras yang dikomandani Rafindita dari Sanggar Lestari Laras desa setempat, hasilnya ternyata benar-benar maksimal. Mereka bisa mengiringi tampilnya seorang dalang remaja, yang juga penanggung jawab sanggar tersebut, Rama Aditya.

Untuk pagelaran wayang kulit di Minggu (6/Maret) siang kemarin di sanggar tersebut, dikemas dalam live streaming YouTube Chanel. ”Dengan demikian, pegalaran tersebut tanpa hadirnya penonton, karena sampai sekarang hal itu belum diperbolehkan karena masih masa pandemi, tapi hal itu tidak mengurangi semangat anak-anak yang satu tingkat lebih berani,”ujarnya.

Dalang Remaja Rama Aditya saat tampil dalam pagelaran wayang kulit dengan membawakan cerita ”Wirotho Parwo” (atas) juga tampil pula dalang cilik Muhtamim Khoirul Huda yang sebelum tampil harus koordinasi dengan para penabuh gamelannya (bawah).(Foto:SN/dok-dit)

Satu hal yang cukup membanggakan, lanjutnya, saat para penabuh gamelan pengiring ini siap mengiringi tampilnya dalang cilik Muhtamim Khoirul Huda, mereka pun terlebih dahulu berkoordinasi dengan dalang tersebut. Hal itu menunjukkan, satu bentuk rasa tanggung jawab atas berlangsung pagelaran wayang secara keseluruhan.

Dengan kata lain, bahwa anak-anak penabuh gamelan pengiring ini sudah tumbuh kesadaran, bahwa baik seni pertunjukan ketoprak maupun wayang kulit, adalah sebuah pertunjukan yang tidak bisa berdiri sendiri, sehingga harus terjalin kerja kolektif. Sehingga, dalang tidak bisa melakukan pertunjukan tanpa mendapat dukungan dari penabuh gamelan pengiring.

Demikian pula, panabuh gamelan pengiring juga tidak bisa memainkan atau menabuh gamelannya tanpa ada ajakan atau petunjuk dari dalang. Karena itu, jika anak-anak penabuh gamelan pengiring pagelaran wayang kulit ini masih harus memegang catatan dan notifikasi gamelan, hal itu adalah untuk mendisiplinkan meraka, agar tidak terjadi improvasi dalam menabuh gamelannya.

Akan tetapi, dengan keberanian mereka untuk melatih diri secara inten dalam menabuh gamelan, mudah-mudahan nanti setelah usianya meningkat remaja, mereka ini kian bertambah kreatif. ”Paling tidak mereka, sudah bisa menjadi penabuh gamelan pengiring yang bisa diajak bermain garapan yang variatif,”imbuh Rama Aditya.

Previous post Hanya Satu Setengah Jam; 3.000 Liter Minyak Goreng Tandas Diantre Masyarakat
Next post Sebanyak 383 Desa di Pati Terima Dana Desa

Tinggalkan Balasan

Social profiles