Tradisi Pawai Subuh Suci Kembali Digelar di Bondo Jepara

Perayaan Kebangkitan Yesus yang dikenang melaui Pawai Subuh Suci.(Foto:SN/dok-hp)

SAMIN-NEWS.com, JEPARA – Tradisi ”Pawai Subuh Suci” di Jemaat GITJ Margokerto, Bondo, Jepara yang sudah berlangsung sejak 24 tahun lalu, Minggu (17/April) kembali digelar subuh dini hari tadi dalam merayakan kebangkitan Yesus. Sebelumnya, selama dua tahun pawai tersebut ditiadakan karena masa pandemi Covid-19.

Pagi tadi, perayaan Paszkah di Jemaat terbesar di Jepara itu diselenggarakan  dengan prosesi Pawai Subuh Suci yang diikuti ribuan jemaat. Kegiatan dimulai pukul 04.00 WIB dengan titik kumpul di GITJ Margokerto, Bondo, Jepara.

Tidak hanya anak-anak, pemuda dan remaja, orang tua pun larut dalam prosesi ini. Suasana sakral begitu terasa, saat ratusan lampion, lilin dan juga obor dinyalakan mengiringi langkah mereka, untuk melalukan pawai subuh suci. Semula prosesi hanya dilakukan oleh anak-anak sekolah minggu.

Prosesi Subuh Suci sudah berlangsung selama 24 tahun, di Jemaat GITJ Margokerto, Bondo, Jepara.(Foto:SN/dok-hp)
Prosesi Subuh Suci sudah berlangsung selama 24 tahun, di Jemaat GITJ Margokerto, Bondo, Jepara.(Foto:SN/dok-hp)

Dengan membawa membawa obor dan menyanyikan pujian bagi kebesaran Tuhan, jemaat berkeliling desa. Prosesi diakhiri dengan ibadah Subuh Suci di gereja yang dipimpin oleh Pdt Pentakosta. Sebelumnya acara kebaktian dibuka dengan doa oleh Ketua Majelis GITJ Margokerto, Sudi Siswanto.

Jemaat yang didirikan Tahun 1901 oleh Mbah Esrom bersama tujuh temannya ini merayakan paskah dengan menyelenggarakan prosesi ritual penyaliban hingga kebangkitan Tuhan Yesus. Prosesi ini disebut sebagai Pawai Subuh Suci.

Anak-anak balita juga larut dalam kegembiraan Pawai Subuh Suci (atas) dan Ibadah Subuh Suci yang dilayani Pdt Pentakosta.(Foto:SN/dok-hp)
Anak-anak balita juga larut dalam kegembiraan Pawai Subuh Suci (atas) dan Ibadah Subuh Suci yang dilayani Pdt Pentakosta.(Foto:SN/dok-hp)

Bagi Jemaat GITJ Margokerto, ritual pawai obor subuh suci ini merupakan tradisi yang digelar setiap tahun, sejak Tahun 1988. Ritual tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang, karena dinilai sebagai cara yang tepat untuk merayakan kebangkitan Yesus sekaligus menjaga kebersamaan umat.(hp) 

Bambang Heru Sukamtono SH kuasa hukum pemilik lahan dan pohon jati, Sugino, warga Desa Guyangan, Kecamatan Winong.(Foto:SN/dok-bhs) Previous post Unit Satreskrim Polres Pati Gelar Perkara Penebangan Pohon Jati di Guyangan
Alat berat jenis ekskavator ''lengan panjang'' saat mengambil tanah galian dinaikkan ke ''dump truck'' pengangkut, untuk dibuang ke lokai pembuangan tak jauh dari lokasi pekerjaan tersebut.(Foto:SN/dok-liq) Next post Paket Pekerjaan Kolam Tambat Kapal Mulai Membuang Tanah Hasil Pengerukan

Tinggalkan Balasan

Social profiles