Wungon 145 Tahun RMP Sosrokartono

Sebagian peserta ''Wungon'' 145 Tahun Drs RMP Sosrokartono.(Foto:SN/dok-hp)

SAMIN-NEWS.com, JEPARA – Jepara memiliki sejumlah tokoh yang berperan besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Akan tetapi sejauh ini belum nampak politic will yang kuat dari para pemangku kepentingan untuk melakukan pewarusan semangat, dan gagasannya melalui lembaga pendidikan, apalagi kurikulum lokal juga dinilai kurang adaptatif terhadap upaya ini.

Simpulan tersebut muncul dalam dialog budaya yang digelar dalam rangka ”Wungon” 145 Tahun Drs RMP Sosrokartono, Sabtu ( 9/April) 2022, di aula Museum RA Kartini Jepara. Acara yang dipandu oleh Wienarto tersebut diselenggarakan, untuk memperingati hari kelahiran Drs RMP Sosrokartono.

Acara diawali dan dibuka dengan tahlil oleh Ketua Tanfiizdiyah MWC NU Jepara, Kiai Aunur Rofiq. Acara tersebut diikuti oleh aktivis pelestari budaya dan sejarah Jepara, dan sebagai pemantik diskusi adalah Hadi Priyanto.

Drs Suwandi saat menyampaikan usulannya.(Foto:SN/dok-hp) 
Drs Suwandi saat menyampaikan usulannya.(Foto:SN/dok-hp)

Drs RMP Sosrokartono yang lahir di Mayong 10 April 1877, adalah kakak kandung RA Kartini. Dalam panggung sejarah pergerakan kemerdekaan Indoensia, ia memiliki peran cukup penting. Bahkan Presiden RI, Ir Soekarno menyebutnya sebagai putra Indoensia yang besar, karena ia pun tercatat sebagai pendiri organisasi Perhimpunan Indoensia di Belanda, serta aktif dalam pergerakan setelah kembali ke tanah air Tahun 1925 hingga wafatnya.

Karena itu, ia berharap agar tokoh-tokoh sejarah yang berasal dari Jepara seperti Ratu Kalinyamat dan RA Kartini ini bisa menjadi bagian dari muatan lokal kurikulum di sekolah. ”Sebab, tokoh-tokoh lainnya dari Jepara juga ada, seperti dr Cipto Mangunkusumo, dr Gunawan Mangunkusumo, dan Drs RMP Sosrokartono,”ujarnya.

Wienarto pemandu dialog ''Wungon'' 145 Tahun Drs RMP Sosrokartono.(Foto:SN/dok-hp)
Wienarto pemandu dialog ”Wungon” 145 Tahun Drs RMP Sosrokartono.(Foto:SN/dok-hp)

Dengan demikian, lanjutnya, para pelajar tidak hanya mengenal sosoknya, tapi yang penting adalah gagasan dan semangatnya dalam berjuang. Harapannya mereka bisa memetik gagasan dan semangatnya, serta menjadikannya sebagai motivasi kolektif.

”Untuk mengenang para tokoh pejuang ini, kita tidak boleh hanya berhenti pada serimonial dan kemeriahan saja,”ujar Suwandi yang mantan Kepala SLB Jepara itu.

Sementara menurut budayawan Jepara Sunardi KS, buku tentang tokoh-tokoh ini sangat penting sebagai media pembelajaran sejarah yang efektif. ”Jika tidak ditulis, maka anak-anak tidak tahu apa yang harus diwarisi dari seorang tokoh,”tandasnya.

Indriamustika saat menyerahkan buku karyanya, untuk Perpustakaan RA Kartini Welahan.(Foto:SN/dok-hp)
Indriamustika saat menyerahkan buku karyanya, untuk Perpustakaan RA Kartini Welahan.(Foto:SN/dok-hp)

Pernyataan tersebut didukung oleh Hanif Hidayatullah, salah satu aktivis pelestari budaya dan sejarah Jepara. Jika tidak ditulis, maka keberanian Drs RMP Sosrokartono dalam menyuarakan perlawanannya terhadap penjajahan yang disampaikan di jantung kolonialisme di Belanda tidak diketahui. ”Apalagi diwarisi semangat dan gagasannya,”ujar Hanif.

Atas dasar dan pertimbangan itu, pihaknya sangat mendukung adanya kurikulum lokal yang memasukkan sejarah tokoh-tokoh lokal Jepara. Sedangkan dukungan lain juga muncul dari Dampar Pengatasan. ”Selain buku, diskusi-diskusi juga sangat penting dilakukan untuk memperkuat upaya pewarsan nilai dan semangat perjuangannya,”ujarnya.

Nur Hidayat saat menyerahkan buku untuk Perpustakaan RA Kartini.(Foto:SN/dok-hp)
Nur Hidayat saat menyerahkan buku untuk Perpustakaan RA Kartini.(Foto:SN/dok-hp)

Di sisi lain, Abdul Rozaq Assowy menilai bahwa Drs RMP Sosrokartono adalah sosok yang terpilih oleh Hyang Maha Kuasa, untuk menebarkan kebaikan dan kebajikan di tengah masyarakat dan bangsanya. ”Hal itu dilakukan melalui laku dan ajarannya, shingga wajar jika ada ikhtiar bersama untuk belajar dari ajaran-ajarannya,”imbuhnya.

Hal yang sama juga disampaikan Mujiono. ”Agar ajaran dan gagasannya bermakna bagi masa sekarang dan masamendatang, maka selain buku dan kurikulum, ruang-ruang diskusi sangat penting untuk dilakukan,”ujarnya.

Aliva Rosdiana saat menyerahkan buku untuk Perpustakaan RA Kartini.(Foto:SN/dok-hp)
Aliva Rosdiana saat menyerahkan buku untuk Perpustakaan RA Kartini.(Foto:SN/dok-hp)

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Jepara, Nur Hidayat yang juga hadir dalam kesempatan tersebut berjanji akan menyampaikan usulan memasukan tokoh-tokoh sejarah dari Jepara dalam kurikulum muatan lokal. ”Kami akan terus mendorong para pemangku kepentingan untuk benar-benar memperhatikannya,”tandasnya.

Dalam acara ”Wungon” 145 Tahun Drs RMP Sosrokartono juga ditandai dengan penyerahan sejumlah buku. Buku-buku tersebut untuk Perpustakaan RA Kartini, Desaileng Singolelo Welahan dari Indria Mustika, Hadi Priyanto, Nur Hidayat dan Aliva Rosdiana.(hp)

Kepala Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, Endang Sri Hardiati Previous post DPUTR Belum Terima Surat DPRD soal Lahan KPI Trangkil
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Benih Padi Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Agus Cahyono Next post Pati Demplotkan Benih Padi Varietas Baru ”Cakra Buana”

Tinggalkan Balasan

Social profiles