SAMIN-NEWS.com, Pemerintah melalui Kemendikbud dan Dikti telah memulai revolusi pendidikan sejak 2019 lalu, baik di tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Konsep yang diusung dalam revolusi ini adalah merdeka belajar di semua aspek pendidikan formal. Namun, tampaknya masih banyak pihak yang meragukan apakah Indonesia benar telah siap dalam penerapan sistem merdeka belajar ini. Salah satu alasan paling banyak didiskusikan adalah infrastruktur pendidikan. Tahun 2020 ini dunia dihadapkan dengan tantangan baru, yakni industri 4.0. Kita telah masuk ke era baru industri yang biasa disebut dengan data technology. Pada titik ini, hampir semua aspek kehidupan akan bergantung pada teknologi, khususnya machine learning, AI, dan robot.
Konsep merdeka belajar sangatlah berbeda dengan kurikulum yang pernah ada dan digunakan oleh pendidikan formal di Indonesia. Konsep pendidikan “merdeka belajar” memiliki fokus pada pengembangan kemampuan kognitif siswa. Artinya, siswa akan ditantang untuk mampu berpikir kritis dengan analisis yang baik. Kemampuan inilah yang dibutuhkan mahasiswa agar bisa membuat keputusan yang bijak dalam penyelesaian masalah. Sebab, dalam industri 4.0 basisnya adalah data technology dengan kata lain informasi yang bisa diakses oleh semua orang.
Kualitas pendidikan dalam pembelajaran Matematika menjadi salah satu acuan persaingan intelektualitas antar Negara. Salah satu upaya pemerintah dalam peningkatan intelektualitas adalah dengan mengadakan Kompetisi Sains Madrasah (KSM). Berbagai upaya dilakukan guru terhadap peningkatan kompetensi mtematika siswa melalui KSM, salah satunya dengan pembinaan KSM di sekolah-sekolah.
Kompetensi Sains Madrasah (KSM) merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun semangat berkompetisi sains bagi siswa madrasah. Pada tahun 2020-2021 KSM dilaksanakan secara daring (online). Hal ini karena kondisi pandemi yang terjadi tidak hanya di Indonesia, namun juga mewabah di seluruh dunia.
KSM mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kompetisi lainnya. KSM memadukan nilai-nilai sains dengan nilai nilai keislaman. Integrasi kedua ilmu tersebut meliputi soal sains yang dipadukan dengan konteks di dalam Al Quran. Selain itu, soal-soal dalam KSM juga menggali konsep yang ada di dalam Islam. Integrasi ini bertujuan untuk mensejajarkan siswa siswi madrasah dengan siswa siswi di sekolah umum.
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam aspek pendidikan terutama matematika, dilakukan dengan mengadakan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang telah dirintis sejak tahun 2012. Program ini merupakan salah satu wadah strategis untuk mengembangkan daya nalar, kemampuan memecahkan masalah, kreativitas, dan sportivitas siswa. Secara umum Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bertujuan untuk peningkatkan mutu pendidikan Sains di madrasah/sekolah secara komprehensif melalui penumbuhkembangan budaya belajar, kreativitas, dan motivasi meraih prestasi terbaik dalam ridha Allah SWT dengan kompetisi yang sehat dan menjunjung tinggi sportivitas dan nilai-nilai Islam dalam mempelajari dan memahami sains. Pelaksanaan KSM secara berkelanjutan akan berdampak positif pada peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran sehingga siswa memiliki daya juang yang tinggi, kompetitif dan inovatif.
Matematika sesuai sudut pandang kecakapan seseorang menuntut seseorang untuk menggunakan matematika baik sebagai alat maupun gagasan, strategi/teknik masalah-masalah yang berhubungan dengan matematika yang meliputi: pemahaman konsep, pemahaman prosedur, kompetensi strategis, penalaran adaptif dan disposisi produktif. Kompetensi matematika siswa merupakan kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan bertanya dan menjawab serta kompetensi yang berhubungan dengan simbolik baik aspek manajemen linguistik maupun aspek manajemen komponen simbolik.
Peningkatan kompetensi siswa pada mata pelajaran matematika melalui Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dilaksanakan dengan berbagai pembinaan yang dilaksanakan di masing-masing sekolah di Indonesia. Adapun pembinaan-pembinaan tersebut terdiri dari berbagai bentuk, antara lain: olimpiade matematika; pre test, treatment, dan post test; study club; membentuk satu kelas formal yang terdiri dari siswa berkompetensi yang siap menerima bimbingan untuk mengikuti kompetisi dan olimpiade; dan pengembangan terhadap bahan ajar sesuai dengan model pemecahan masalah.
Penulis:
Kintoko, M.Pd. & Rifki Irawan, M.Pd.
Universitas PGRI Yogyakarta