Cerita Mbah Mariyo Pejuang Veteran Indonesia

Mbah Mariyo Pejuang Indonesia

SAMIN-NEWS.com, KUDUS – Cerita Mbah Mariyo veteran asal Dukuh Pranak, Lau, Kecamatan Dawe, Kudus, Jawa Tengah bercerita tentang tugasnya sebagai relawan perang saat usianya 25 tahun, saat perang konfrontasi Indonesia-Malaysia dengan masa tugas dua tahun 1966-1967, Selasa (23/8/2022).

Dirinya bertugas di Riau Lautan, wilayah Tanjung Pinang, sembari menceritakan tentang perjalanan hidupnya dan bagaimana cara dia bertahan hingga sekarang meski tidak mendapatkan bantuan.

Perlu diketahui, Konfrontasi Indonesia-Malaysia merupakan sebuah peristiwa perang yang disebabkan persengketaan wilayah dan penolakan penggabungan wilayah Sabah, Brunei, dan Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962 hingga 1966.

Lebih lanjut, dirinya bertugas sebagai pertahanan di Riau Lautan, wilayah Tanjung Pinang. “Saya tugasnya disana sebagai pertahanan. Jadi, ya, jaga terus baik siang maupun malam. Sewaktu-waktu ada apa-apa kan langsung berangkat,” jelasnya.

Dalam perang tersebut ada relawan perang dari Kabupaten Kudus yang berjumlah 125 orang. Saat perang pastinya ada yang berguguran di sana. Selain itu dirinya bercerita mengenai berlatih Senapan Lee-Enfield (LE). Namun saat di lokasi pertempuran, ia juga menguasai senjata yang berat, untuk menembak kapal udara atau selam, atau senjata Penangkis Serangan Udara.

“Saya menguasai PSU 8,5 lainnya itu ada yg menguasai 12,7. Kalau 8,5 personil penembaknya penuh, ada 16 orang. Kalau secara apa adanya, itu ya entah orang 6 atau 5 ya bisa. Ada bagian yang mengisi peluru, ada yang memutar arah, mengincar musuh,” sebutnya.

Kemudian, Mbah Mariyo menyebutkan keprihatinannya kepada teman-teman veteran yang sebagian dari mereka kurang dipedulikan Pemkab Kudus. Ia juga mengungkapkan, peran Pemkab Kudus saat ini yang tidak diketahuinya.

“Karena saya di rumah terus, dan sakit-sakitan, serta pandangan sudah ngeblur. Dulu, sebelum Bupati Musthofa itu ada bantuan. Nah, setelah Bupati Musthofa itu syarat-syaratnya diperbarui dan cukup sulit,” bebernya.

Selain itu, dirinya menyebut mengenai bupati saat ini apakah ada kepedulian terhadap veteran atau tidak. Sebab, ia dulu sebelumnya pernah dibangunkan rumah pada September tahun 2015. Namun setelah itu tidak ada bantuan lagi dari Pemkab Kudus.

“Seperti ini kondisi rumah dengan anggaran dari BUMN yang turun ke Kodam, lalu turun ke Kodim, dan ke Koramil. Rumah ini yang mengerjakan dari Koramil. Rumah seadanya karena biaya itu hanya sedikit,” kata Mbah Mariyo.

Dirinya berharap untuk pihak Pemkab Kudus agar lebih memperhatikan pejuang veteran yang masih hidup hingga sekarang.

Penulis
Adam Naufaldo

Penyerahan sertifikat tanah program PTSL di Desa Sokokulon, Kecamatan Margorejo Previous post 521 Warga Sokokulon Terima Sertifikat Tanah Program PTSL
Kepala DPMPTSP, Riyoso Next post Semester Pertama Pemkab Pati Bukukan Investasi Rp6,4 Miliar

Tinggalkan Balasan

Social profiles