SAMIN-NEWS.com, PATI – Terkendala lantaran faktor cuaca yang tidak menentu serta musim penghujan yang lebih panjang pada tahun ini menyebabkan petani garam di Kabupaten Pati molor memproduksi garam.
Juwari, salah satu petani garam asal Batangan menyatakan pada tahun 2022 ini kondisi cuaca tidak menentu. Biasanya pada bulan Mei para petani garam sudah mulai memproduksi. Berbeda halnya dengan tahun ini, di mana bulan September baru produksi.
“Bulan Mei biasanya sudah bisa produksi, tapi tahun ini molor beberapa bulan. Produksi garam baru September ini. Padahal, biasanya bulan 5 sudah mulai bikin dinding tambak. Tapi cuaca sekarang tidak pasti, sehingga bulan 9 baru ada panas,” katanya yang ditulis Senin (19/9/2022).
Dirinya mengaku musim saat ini tidak menentu, biasanya bulan Agustus sudah memasuki kemarau yang digunakan untuk memproduksi garam. Tetapi, bulan kemarin para petani sempat mencoba produksi, namun gagal karena masih ada hujan.
Menurut Juwari, fenomena cuaca buruk seperti sekarang diakui sering terjadi, tetapi lebih panjang di tahun 2022 ini. Sementara berhenti produksi biasanya bulan November. Melihat keadaan kondisi yang tak menentu, dimungkinkan berhenti produksi akan molor juga.
“Berhenti produksi biasanya ya bulan sebelas, karena sudah mulai hujan lagi. Tapi mundur bisa saja, soalnya cuaca juga tidak pasti. Sementara terkait harga garam, tidak begitu ada permasalahan. Karena, garam dari petani saat ini seharga seribu rupiah,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Ari Wibowo mengatakan, produksi garam tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya hanya 98 ton.
“Banyak petani garam yang gagal panen. Karena ada hujan apalagi kemarin baru ada fenomena rob, sehingga mengakibatkan petani garam terkena dampak,” pungkasnya.
