SAMIN-NEWS.com, PATI – Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yang awal bulan September ini dinaikkan pemerintah, berdampak pada perekomonian masyarakat. Salah satunya dari sektor transportasi umum yang tercekik imbas dari melambungnya BBM.
Sopir Bus Jaya Utama, trayek Surabaya – Semarang, Eko yang saat itu sedang mangkal di Terminal Kembangjoyo, Pati, mengaku semenjak pemerintah memutuskan kenaikan harga bahan bakar biaya operasional ikut bertambah.
Dirinya menjelaskan ongkos operasional yang semula sekitar Rp 500 ribu, akan tetapi sekarang membengkak. Eko menyebut ongkos operasional naik hampir menyentuh Rp 700 ribu. Dengan asumsi pulang pergi (PP) diisi bahan bakar sebanyak 200 liter.
“Tak hanya ongkos operasional yang bertambah, kenaikan harga BBM membuat penumpang berkurang. Karena, harga tarif transportasi ikut dinaikan menyesuaikan modal yang dikeluarkan,” jelasnya.
“Penumpang semakin berkurang. Soalnya kenaikan BBM subsidi tarif harganya naik sebesar 15 persen. Surabaya-Semarang dulunya Rp 70 Ribu, sekarang Rp 91 ribu,” keluh Eko.
Menurut dia, sepinya penumpang itu disebabkan masyarakat lebih memilih berada di rumah. Dengan catatan mau keluar jika sifatnya itu sangat penting.
Meski hal ini dirasakan semua sopir, tetapi dirinya meminta supaya pemerintah meninjau kembali agar menurunkan harga BBM.
Sementara itu, Agen Bus Luxury Kencana di Terminal Pati, Sutrisno mengeluh dengan naiknya harga BBM. Akibatnya dia terpaksa terpaksa menaikkan harga tiket. Tetapi, imbasnya penumpang jurusan Pati-Jakarta menjadi sepi.
“Hal tersebut berbeda sebelum adanya kenaikan harga BBM yang ditetapkan oleh pemerintah. Dulunya tiket Rp 210 ribu sekarang jadi Rp 250 ribu ke Jakarta. Sebelum BBM naik dulunya penumpang stabil, tapi sekarang menjadi sepi, pendapatan jadi berkurang,” paparnya.