SAMIN-NEWS.com, KUDUS – Kampung Budaya Piji Wetan di Kecamatan Dawe tersebut mengadakan diskusi bersama generasi muda dalam acara Riset Folklore Muria Diskusi Tapangeli dan menjaga lingkungan sekitar menggunakan kearifan lokal.
Penulis dan pemerhati lingkungan Fawaz Al-Batawi mengatakan, pemanfaatan masyarakat terhadap kolaborasi antara ikatan adat tradisional dan ikatan sosial bisa sebagai faktor penguat dalam menjaga kelestarian lingkungan.
“Maksudnya, kebanyakan masyarakat yang tahu jika terjadi tanda-tanda bencana alam dan lain-lain,” beber Fawas Al-Batawi.
Lebih lanjut, atas hal itu masyarakat bisa disebut sebagai ujung tombak. Mengingat, masyarakat memiliki peran utama untuk menjaga lingkungan sekitar secara langsung. Serta didukung elemen lainnya.
“Selain dari tangan masyarakat, elemen lainnya seperti, komunitas, CSR, dan LSM hanya bisa mendorong dan memberikan bantuan,” ucap penulis buku ‘Seandainya Aku Bisa Menanam Angin’ itu.
Kemudian ia bercerita mengenai pengalamannya dalam memberdayakan masyarakat di kawasan Muria. Adapun tiga cara dibeberkan olehnya dalam menciptakan kesejahteraan bersama.
“Tiga cara ialah usaha, tani, dan lestari,” ungkapnya.
Fawaz menjelaskan, sebanyak apapun aktivitas lingkungan lainnya menyerukan tentang bahaya kerusakan lingkungan ke masyarakat, jika dibarengi dengan perut kosong maka tidak akan berhasil.
“Jika kita menyerukan banyak hal ke masyarakat, namun dalam hal itu perut masyarakat sedang kosong maka tidak akan berhasil,” ujarnya.
Drs. Agus Susanto mengatakan, banyak perubahan sosial di masyarakat yang dapat mengubah perilakunya. Sehingga hal itu dapat mengakibatkan masyarakat lupa jika hidupnya berdampingan dengan alam.
“Banyak perubahan sosial masyarakat yang dapat mengubah perilaku. Hal itu berdampak, jika lupa hidupnya saling berdampingan,” katanya.
Sebelumnya, peradaban Muria itu sangat maju, ada banyak sumber daya yang dijaga, hingga terkenal ke Eropa. Pendekatan kultural dan struktural ini penting dalam mengembalikan kondisi muria seperti semula.
“Pendekatan ini sangat penting dalam mengembalikan kondisi Muria sebelumnya,” terangnya.
Direktur Muria Research Center Indonesia, Mochamad Widjanarko menjelaskan, pihaknya mendorong masyarakat saat ini dalam menumbuhkan kesadaran mitigasi bencana berbasis kearifan lokal.
“Menariknya di sini, masyarakat sudah paham mengatasi bencana menggunakan kearifan lokal, diantaranya, sedekah bumi dan tradisi barikan. Dan hal itu bisa sebagai defense mekanisme masyarakat,” pungkasnya.