Tampil di Universitas Muria Kudus, Teater Akar Angkat Kisah Malam Satu Suro

Foto: Penampilan anggota Teater AKAR saat berada di Universitas Muria Kudus

SAMINNEWS.com, KUDUS – Teater Anak Kali Rahtawu (AKAR) kedua kalinya menampilkan kisah mengenai malam satu suro yang dipentaskan di Universitas Muria Kudus (UMK). Untuk penampilan pertama digelar di Balai Desa Rahtawu.

Sutradara Malem Siji Suro (Majiro) Sugiarto menyampaikan, dalam gelaran yang kedua di Kampus UMK, pihaknya menampilkan sebuah kegiatan malam satu suro di suatu daerah yang memiliki makna tersendiri.

“Kami membawakan kisah tentang sebuah perkampungan atau daerah bahwa dimalam satu suro atau di malam pergantian tahun Islam kita mengadakan barian,” bebernya kepada Samin News.

Lebih lanjut, barian merupakan istilah yang diambil dari Desa Rahtawu. Untuk itu pihaknya menarik nama desa lain agar tidak terjadi friksi. Dalam pementasan di UMK, ia juga bercerita kepada Samin News.

“Diceritakan seorang pengusaha atau konglomerat disuatu tempat, mereka orang kaya ini mempunyai pemikiran kapitalis. Lalu, dengan pendatang dan warga itu bertengkar terkait permasalahan,” jelasnya.

“Jadi menunggu tamu datang ke atas. Itu konflik warga yang berkeinginan mantu dimalam satu suro, didalam cerita tersebut,” tambahnya.

Kemudian disisi lain, Sugiarto juga mengangkat dari segi budaya di malam siji suronan desa tersebut. Yakni, ketika ada suronan mereka mengambil berkah melalui membuka pasar dadakan.

“Ini sudah diadakan dua kali, kedua ini tidak diprogram. Dan juga kita berikan sentuhan lain yakni tari pembuka, dimana tari tentang sesaji suro,” ungkapnya.

Sugiarto melanjutkan, adapun anak-anak Desa Rahtawu turut membantu dalam membuat musik sendiri dari seni karawitan, kemudian membuat lirik lagu yang dibawakan saat pentas.

Foto: Sutradara Malam Siji Suro Sugiarto
Foto: Sutradara Malam Siji Suro Sugiarto

“Program ini kita setiap tahun mengadakan. Tapi bisa juga melihat keinginan anak lainnya. Tentunya menyesuaikan dengan yang lain. kijuga angkat naskah yang deket dan mudah diterima masyarakat,” bebernya.

“Kami ingin mereka ikut bergerak dalam melestarikan budaya serta tetap menjaganya,” tutupnya.

Anggota Polsek Tayu saat meninjau lokasi kejadian Previous post Pamit Cari Kepiting, Warga Keboromo Hilang di Muara Laut Tayu
Warga Desa Keboromo Kecamatan Tayu yang sebelumnya tenggelam telah ditemukan petugas gabungan, Minggu (26/2/2023) Next post Mayat Warga Keboromo yang Sebelumnya Tenggelam Ditemukan

Tinggalkan Balasan

Social profiles