SAMIN-NEWS.com, PATI – Dalam rangka mengembangkan potensi mahasiswa, Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Institut Pesantren Mathaliul Falah (IPMAFA) Pati melakukan studi kunjungan ke Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, kemarin.
Kegiatan ini merupakan salah satu materi kuliah tentang Manajemen Pengembangan Masyarakat. Di mana diadakannya studi kunjungan atau kuliah lapangan, harapannya mahasiswa memiliki pengalaman dan paham betul tentang manajemen pemasaran produksi kopi di Desa Tempur.
Desa Tempur selama ini terkenal dengan sebutan Desa Wisata Kopi. Di desa ini bisa dilihat terdiri dari tanaman yang subur, view nan-indah, dan adanya pohon kopi yang yang jumlahnya cukup luas membuat para wisatawan maupun pengunjung dari berbagai kota berbondong-bondong untuk berwisata ke Desa Tempur.
Tingginya animo masyarakat yang saban harinya berdatangan, sehingga berdampak pada sektor ekonomi masyarakat. Karena para wisatawan selain menikmati adanya pemandangan alam di Desa Tempur juga menikmati dan membeli produk atau oleh-oleh khas Tempur, yakni Kopi Tempur.
Maka dalam hal ini, diadakannya kuliah lapangan tidak lain adalah untuk belajar langsung dengan masyarakat setempat.
Selain belajar dalam ranah komunikasi dan manajemen pemasaran produksi kopi, para mahasiswa Prodi PMI juga diajari bagaimana cara proses pembuatan kopi baik secara manual maupun secara Roasting.
“Proses pengolahan kopi ini menyesuaikan selera pasar. karena para pecinta kopi pada umumnya memiliki selera yang berbeda-beda,” tutur Agus Lukman, selaku pemilik Maestro Kopi Tempur.
Agus menjelaskan mayoritas masyarakat Desa Tempur adalah petani kopi dan memproduksi kopi sebagai usaha home-industri. Maka, tak ayal apabila kopi Tempur viral hingga sekarang tidak lain karena masyarakat menjaga cita-rasa dengan memilah dan memilih dari biji kopi pilihan.
Sementara dosen Jurusan PMI Ipmafa, Siswanto menambahkan melalui kegiatan studi kunjungan ini menjadi ilmu baru bagi mahasiswa. Karena, menurutnya belajar langsung dengan pelaku usaha di bidangnya mengenai produksi hingga manajemen perkopian.
“Semoga ke depan para mahasiswa paham betul dalam dunia perkopian dan sampai dalam ranah penjualan yang bisa mendapatkan nilai tambah ekonomis,” harap Siswanto.