Diplomasi Bahasa dan Budaya melalui Pembelajaran BIPA, Oleh: Dr. Luthfa Nugraheni, M.Pd

Dr. Luthfa Nugraheni, M.Pd

SAMIN-NEWS.com, Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat di di berbagai penjuru dunia. Hal ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah hubungan kenegaraan Indonesia dengan negara-negara lain pada beragam sektor, baik itu di sektor ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Melalui relasi itulah, peran penting Bahasa Indonesia diyakini sebagai elemen yang potensial kaitannya dengan kedudukan Bahasa Indonesia di kancah internasional. Di samping itu, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, yakni menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, secara bertahap dan sistematis maka di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berbagai cara diplomasi dilakukan.

Diplomasi adalah seni dan praktek bernegosiasi oleh seseorang (diplomat) yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi. Kata diplomasi sendiri biasanya langsung terkait dengan diplomasi Internasional yang biasanya mengurus berbagai hal seperti budaya, ekonomi, dan perdagangan. Diplomasi ini yang dilakukan antara Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus dengan Program Studi Bahasa Melayu di Universitas Thaksin Thailand. Bentuk diplomasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak adalah diplomasi bahasa dan budaya. Diplomasi bahasa menitikberatkan pada materi kebahasaan. Sementara diplomasi budaya menitikberatkan pada pemanfaatan budaya sebagai salah satu aset utama untuk memberikan ruang bagi pengenalan budaya masing-masing negara. Diplomasi budaya dalam hal ini adalah melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).

Pembelajaran BIPA yang saya lakukan di Universitas Thaksin Thailand adalah mengajarkan Bahasa dan Budaya Indonesia. Bahasa Indonesia di negara Thailand menjadi salah satu bahasa asing yang dipelajari. Materi yang saya ajarkan untuk mahasiswa asing adalah tema perkenalan, aktivitas sehari-hari, ciri-ciri fisik, hobi dan kegemaran, serta keanekaragaman Indonesia. Tujuan dari tema tersebut adalah agar mahasiswa asing mampu memperkenalkan diri sendiri menggunakan bahasa Indonesia, menceritakan ciri fisik teman, cara membeli barang dengan bahasa Indonesia. Tema hobi dan kegemaran ini mahasiswa dapat mempelajari hobi-hobi yang ada di Indonesia sehingga mereka dapat membedakan antara hobi yang ada di Indonesia dan Thailand. Tema selanjutnya adalah keanekaragaman Indonesia ini mempelajari budaya yang ada di Indonesia.

Salah satu budaya Indonesia yang saya kenalkan di Universitas Thaksin adalah tari Jaipong dan Manuk Dadali. Saya juga mengenalkan oleh-oleh khas kota Kudus yakni jenang Kudus, parijoto dan jeruk pamelo. Mahasiswa asing dapat mencoba secara langsung jenang Kudus dan kebaya yang saya bawa. Selain pembelajaran, kegiatan lain yang saya lakukan pada saat program visiting lecturer adalah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hasil penelitian dari kerjasama Internasional ini adalah artikel yang publish di Jurnal Kredo. Judul dari artikel tersebut adalah Traditional Games As Thailand Indonesian Cultural Diplomacy. Hasil dari penelitian ini adalah ada 10 game yang memiliki kemiripan, antara lain Chak Ka Yer, Deed Luk Kaew, Dern Kala, Jam Jee, Ka Fak Khai, Khee Ma Kan Kluay, Kradod Chueak, Kratai Khadeaw, Len Son Ha, dan Len Wao. Dari kesepuluh game tersebut terdapat kemiripan game dengan Indonesia. Ada 5 nilai budaya dalam permainan. Kebersamaan dan gotong royong, Kemahiran berhitung, Kepatuhan, Kejujuran, dan Kegembiraan. Nilai budaya dalam permainan ini bertujuan untuk membentuk akhlak anak agar berperilaku baik.

Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah mahasiswa asing dapat mempelajari kebudayaan Indonesia, khususnya permainan tradisional. Melalui penelitian ini mahasiswa asing juga dapat mengetahui bahwa ada persamaan permainan tradisional asal Indonesia di Thailand. Misalkan permainan tradisional tarik tambang di Thailand bernama Chak Ka Yer, permaianan kelereng di Thailand bernama Deed Luk Kaew, permainan egrang di Thailand bernama dern kala, dan lain sebagainya. Permaian-permainan tersebut memiliki persamaan baik dari segi cara bermain maupun prosedurnya. Permainan tradisional tersebut juga terdapat pesan moral yang ingin disampaikan untuk generasi selanjutnya. Penanaman pesan moral ini bertujuan agar membentuk kepribadian dan jati diri generasi penerus.

Previous post E-Koran Samin News Edisi 31 Mei 2023
Ahmad Sya’roni Next post Media Sosial sebagai Panggung Politik pada Pemilu 2024, Oleh: Ahmad Sya’roni

Tinggalkan Balasan

Social profiles