Pentas ‘Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam’, Soroti Isu Perempuan Hingga Budaya Kawin Culik

SAMIN-NEWS.com, KUDUS – Kampung Budaya Piji Wetan Kudus bekerjasama dengan Teater Jiwa Pendidikan Bahasa dab Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muria Kudus mementaskan teater berjudul “Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam”.

Pentas yang diadaptasi dari novel karya Dian Purnomo ini sukses memukau ratusan penonton di Gedung Auditorium UMK, Rabu (7/6) kemarin.

Pentas berdurasi 1 jam lebih itu mengisahkan tentang budaya kawin paksa atau kawin culik di Tanah Sumba.

Jessy Segitiga, Sutradara pentas mengungkapkan bahwa hegemoni budaya patriarki di era saat ini masih terjadi. Parahnya, mereka bersembunyi di balik sebuah budaya, adat dan tradisi yang dipertahankan.

Hal tersebut membuat dirinya tertarik untuk mengalihwahanakan novel tersebut ke dalam naskah teater. Mengangkat isu perempuan, budaya patriarki dan perjuangan mendobrak adat lewat sastra.

Dia menjelaskan, teater tersebut menggambarkan perjuangan perempuan telah menjadi alat praktik budaya belis (lamaran). Namun, belis tersebut tidak ditentukan oleh perempuan itu sendiri melainkan para Rato (sesepuh) antar kedua keluarga besar.

Bahkan, lanjut Jessy di era sekarang ini, belis dijadikan sebagai senjata untuk menolak bahkan dijadikan alat pamer walaupun sebenarnya adalah satu kebaikan untuk menjaga martabat di tanah Marappu.

“Dan inilah oknum yang harus kita lawan bersama. Dengan mendiskusikan, mementaskan, serta propaganda yang lain. Bukan untuk menolak kebudayaan yang ada, tetapi memberangus oknum yang bersembunyi di balik kebudayaan,” ungkap Jessy dalam sebuah wawancara, Rabu (7/6).

Bagi Jessy, tantangan dalam mengalihwahanakan novel ini adalah membenturkan dua bentuk yang berbeda. Ia pun mengatasinya dengan memilih jalan tengah dari segala aspek dan unsur.

“Alur yang melompat lompat masa lalu dan masa kini, ketokohan yang berbeda dengan novel, pembacaan teks secara nyaring, hingga pola pertunjukan yang struktural dan alur zig-zag menciptakan daya kejut dan cair sat pementasan,” timpalnya.

Foto: Pentas yang digelar oleh Kampung Budaya Piji Wetan bertempat di Universitas Muria Kudus pada Rabu (7/6) malam
Foto: Pentas yang digelar oleh Kampung Budaya Piji Wetan bertempat di Universitas Muria Kudus pada Rabu (7/6) malam

Sementara itu, Nazelin Ni’mah yang berperan sebagai Magi Diela mengungkapkan perasaannya sebagai tokoh utama.

“Pertama kalinya saya berakting dalam teater adalah sebuah tantangan yang berat, apalagi saya harus menjadi pemeran utama. Namun, hal tersebut dapat menambah keberanian saya dan percaya diri,” pungkasnya.

Foto: Safira Dwi Meilani saat berada di mobil Jeep untuk persiapan diarak menuju ke rumahnya Previous post Atlet Pencak Silat Sea Games 2023 Safira Dwi Meilani Dapat Bonus Rp 50 Juta
Foto: Subandi saat sedang memegang miniatur barongan buatannya Next post Warga Desa Karangrowo ini Jual Miniatur Barongan yang Diminati Anak-anak

Tinggalkan Balasan

Social profiles