Publik Pertanyakan Wisuda TK-SMA: Karya Apa yang Dibuat

SAMIN-NEWS.com, PATI – Sekarang ini muncul tren fenomena mengenai digelarnya acara wisuda sebagai simbol pelepasan peserta didik mulai jenjang Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Menengah Atas (SMA)/sederajat. Hal ini dinilai fenomena baru di kalangan publik.

Publik jagat maya menyebut bahwa wisuda merupakan upacara sakral bagi peserta didik yang telah merampungkan setidaknya D3 maupun srata 1 (S1). Atau dengan istilah lain yang pantas memakai topi toga ditujukan bagi perguruan tinggi.

Keberatan itu disampaikan oleh akun @Rojo Nongko di media sosial Facebook di grup Komunitas Anak Asli Pati pada Rabu (14/6/2023). Dia mempertanyakan karya apa yang dihasilkan siswa TK hingga SMA.

“Emang’e cah sekolah TK SD SMP SMA bar gawe karya ilmiah opo lur kok diwisuda???,” tulis akun Rojo Nongko dikutip Jumat (16/6/2023).

“Nek D3 ceto gawe karya tulis, S1 ceto gawe skripsi, S2 ceto gawe tesis, S3 ceto gawe disertasi. . Lha nek SD SMP SMA tugas karya ilmiah’e opo?? Kok di nggoni toga trus diwisuda,” sambungnya.

Setelah tulisan itu dipost, sontak mendapat berbagai respon dari netizen. Postingan itu terakhir mendapat 707 like (disukai) dan mendapat 634 komentar.

Salah satunya berasal dari Wida Yati. Menurutnya, wisuda sekarang adalah hal lumrah di institusi pendidikan. Sebagai orang tua mengupayakan terbaik bagi anak agar tidak tertinggal dengan sebayanya.

“Ancen ws umum e ngono ojo mog pada ke jaman biyen lur,, najan wg tuo gk ndue yo tetep d lurok”no,, mboh budidoyone wg tuo,, melek karep anak e koyok kancane,, saupomo ora d elokno wisuda yo saake wg setahun pisan,” ujarnya.

Akun lain Hendryk Andrew juga berpendapat serupa. Yaitu harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. “Wah… Ra ngikuti kemajuan zaman.. Kono luur urip nk alas,” tuturnya.

Sementara akun Dochi Sinaga berpendapat bahwa apa yang dirasakan si pemosting ada benarnya. Karena tidak semua orang berani menyuarakan aspirasinya. Makanya, ini menjadi keterwakilan apa yang dirasakan selama ini.

“Asline postingan Iki Yo Ono bener e. Mungkin Ono wong sing merasa kabotan tapi Ra wani unek unek nek sekolah..makane ada yang mewakilkan,” tulisnya.

Wisuda bagi selain perguruan tinggi dinilai hanya akan memberatkan. Ini ditulis @Shryii Mulyhawathyi prihatin dengan keadaan ketika kondisi keuangan orang tua sedang bermasalah.

“Mesak e nek wong tua ne ora duwe, do go pakaian apik” oleh ko ndi, umpomo nyewo Yo larang,” pendapatnya.

Ada juga yang mengambilkan sikap tengah. Lantaran sedari awal tahun pelajaran baru biasanya orang tua atau wali murid disosialisasikan mengenai ada dan tidaknya wisuda. Ini dikutip dari komentar @zainul hasan.

Tangkapan layar postingan Rojo Nongko di grup facebook Komunitas Anak Asli Pati
Tangkapan layar postingan Rojo Nongko di grup facebook Komunitas Anak Asli Pati

“Awal tahun ajaran sekolah biasanya sudah di rapatkan… Kalo memang ada wali murid yang kurang mampu biasanya ada kelonggaran….bahkan kalo benar2 gak mampu boleh gratis… Saya yakin sekolah tidak akan sembarangan dalam memutuskan dan melaksanakan sesuatu… Berbijaklah dalam bermedsos kawan,” bunyi akun itu.

Terlepas dari ragam komentar itu, fenomena ini seharusnya menjadi perhatian oleh instansi terkait apakah wisuda menjadikan suatu keharusan atau bersifat fleksibel.

Ketua Koni Kabupaten Pati Mustamaji Previous post Porprov 2023: 12 Cabor Digelar di Kabupaten Pati
Next post Satu Jemaah Haji Asal Pati Dipastikan Tak Bisa Berangkat

Tinggalkan Balasan

Social profiles