SAMIN-NEWS.com, Kota Solo memang terkenal sebagai surganya kuliner. Di sini, wisatawan dapat menemukan berbagai hidangan lezat yang tersedia sepanjang hari, mulai dari pagi, siang, malam hingga dini hari.
Salah satu kuliner yang wajib dicoba saat mengunjungi Kota Solo adalah gudeg. Gudeg merupakan makanan khas Solo dan Jogja dengan bahan utama menggunakan nangka muda. Meskipun nama, bahan dan pengolahannya sama, gudeg dari kedua kota tersebut memiliki cita rasa yang berbeda.
Gudeg Solo mempunyai rasa yang tidak terlalu manis seperti Gudeg Jogja, cenderung lebih ke arah rasa gurih. Salah satu gudeg yang wajib dicoba adalah gudeg ceker Bu Kasno Margoyudan.
Gudeg ceker Bu Kasno merupakan kuliner yang sudah melegenda di Kota Solo. Gudeg ini sudah berjualan sejak tahun 1970. Saat ini, gudeg Bu Kasno sudah dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Windiartati.
Gudeg ceker Bu Kasno menggabungkan nasi yang kaya rasa dengan gudeg, ayam kampung, sambal krecek, suwiran daging ayam, semuanya dimasak dengan metode diliwet. Tambahan telur bacem dan cakar menambahkan sentuhan lezat pada cita rasa yang dihasilkan.
Kuliner legendaris yang berjualan di Jalan Wolter Monginsidi No.41-43, Setabelan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta ini memiliki jam buka yang unik. Gudeg yang memiliki ciri khas cenderung asin itu buka pukul 01.30 dan selesai melayani pelanggan pukul 07.00.
Walaupun waktu operasionalnya tidak biasa, antrean pembeli gudeg ini sangat ramai setiap malam. Mulai dari pukul 01:00 ketika para karyawan sedang menyiapkan tempat duduk dan merapikan menu, para penggemar kuliner sudah siap untuk mengantri sampai waktu buka. Meskipun antri terus-menerus, pelayanan dari penjual dalam menyajikan gudeg ini tetap efisien dan tidak memakan waktu lama.
Karena begitu banyak orang yang ingin menikmati gudeg ini, warung telah disesuaikan dengan tata letak yang sesuai. Pengunjung memiliki pilihan untuk duduk di depan ibu penjual sambil menikmati gudeg sambil memegang piring dengan satu tangan, atau duduk di bangku kayu yang telah disediakan.
Tempat ini sengaja tidak menyediakan meja, untuk menjaga efisiensi tempat. Jadi, pengunjung datang, antre, duduk, makan, dan kemudian pergi agar tempatnya bisa digunakan oleh pengunjung lainnya.
Penulis : Rizky Kusumo Adi
Jurusan : Sastra Indonesia FIB UNS
Status : Mahasiswa Magang